Cara Menghilangkan Tahi Lalat

Ada sebagian orang menganggap bahwa adanya tahi lalat yang letaknya tepat dapat menambah daya tarik seseorang, namun adanya tahi lalat di wajah atau bagian tubuh yang terlihat lainnya yang tidak pas dan jumlahnya banyak, bisa jadi menurunkan kepercayaan diri. Beberapa orang bahkan mencari tahu cara yang efektif untuk menghilangkannya. Cara menghilangkan tahi lalat tidak boleh dilakukan sembarangan. Pasalnya, tahi lalat yang dihilangkan dengan cara tidak tepat bisa menimbulkan bekas luka bahkan infeksi. Selain itu, cara menghilangkan tahi lalat juga harus disesuaikan dengan ukuran dan letak tahi lalat. Ada 2 (dua) langkah yang bisa dipilih untuk menghilangkan tahi lalat yang menempel. Cara pertama adalah dengan medis, lalu yang lainnya adalah dengan metode alami.

Faktanya, seseorang bisa memiliki tahi lalat sebanyak 10-40 buah termasuk kondisi yang normal. Sebab, warna hitam pada kulit ini bersifat jinak dan tidak menimbulkan bahaya. Meski begitu, ada juga tahi lalat yang ganas, atau disebut juga kanker kulit melanoma. Tahi lalat ini harus segera dihilangkan dari tubuh. Bukan hanya yang ganas, tahi lalat jinak juga dapat dihilangkan jika kita menginginkannya. Tahi lalat merupakan bercak atau benjolan kecil berwarna hitam atau cokelat pada kulit. Tahi lalat bisa terbentuk di mana saja, baik tunggal maupun berkelompok. Biasanya, tahi lalat muncul sebelum usia 20 tahun, tetapi bisa juga muncul sejak bayi. Jika tahi lalat tidak ganas, keputusan untuk menghilangkan tahi lalat tergantung pada masing-masing orang. Namun, jika tahi lalat mengalami perubahan warna, ukuran, dan ketebalan hingga mengganggu penampilan, berbagai cara menghilangkan tahi lalat penting diketahui guna mengatasi permasalahan tersebut.

Beberapa Cara Menghilangkan Tahi Lalat

Berikut ini adalah beberapa cara menghilangkan tahi lalat yang bisa kita jadikan pilihan :

1.      Eksisi cukur

Cara menghilangkan tahi lalat yang satu ini menggunakan alat tipis seperti pisau cukur dengan elektroda kecil di ujungnya untuk mengiris tahi lalat. Setelah prosedur dilakukan, dokter akan memeriksa tahi lalat di bawah mikroskop untuk melihat ada atau tidaknya tanda-tanda kanker kulit.

2.   Eksisi bedah

Jika tahi lalat berukuran besar, dokter akan melakukan cara menghilangkan tahi lalat berupa bedah eksisi. Dokter akan membius area di sekitar tahi lalat, kemudian memotong tahi lalat beserta jaringan kulit di sekitarnya dengan pisau bedah. Setelah itu, dokter akan menutup luka bekas pembedahan dengan jahitan.

Biasanya, dokter akan memeriksa ada atau tidaknya tanda-tanda kanker kulit. Jika merujuk ke kanker kulit, dokter akan menyarankan pemeriksaan biopsi kulit untuk memastikannya.

3.   Bedah beku dengan cairan nitrogen (cryotherapy)

Prosedur bedah beku dilakukan dengan menyemprotkan nitrogen cair bersuhu sangat dingin ke tahi lalat yang ingin dihilangkan. Nantinya, nitrogen cair ini akan bekerja dengan menghancurkan jaringan, sehingga tahi lalat dapat hilang.

Setelah prosedur bedah beku dilakukan, kulit akan mengalami luka lepuh seukuran tahi lalat. Namun, kita tidak perlu khawatir karena luka lepuh ini akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar 7-10 hari.

4.   Bedah listrik (kauterisasi)

Cara menghilangkan tahi lalat lainnya adalah dengan membakar lapisan kulit pada tahi lalat atau disebut juga kauterisasi.

Dalam prosedur ini, dokter akan membius area kulit di sekitar tempat munculnya tahi lalat, kemudian mengalirkan listrik melalui alat logam ke jaringan kulit. Teknik ini akan mengeringkan kulit dan membuat bercak cokelat pada kulit terlepas.

5.   Bedah laser

Teknik ini menggunakan sinar laser untuk menghancurkan sel-sel tahi lalat di permukaan kulit. Namun, bedah laser berisiko menimbulkan jaringan parut dan hiperpigmentasi pada kulit, sehingga kita perlu mempertimbangkan dengan baik bila ingin menghilangkan tahi lalat dengan cara ini.

Risiko yang dapat muncul setelah menjalani cara menghilangkan tahi lalat di atas adalah infeksi bekas luka. Oleh karena itu, penting untuk menjaga luka agar tetap bersih dan tertutup. Selain itu, jaringan parut dan perubahan warna kulit juga bisa muncul pada luka bekas operasi.

6.   Menggunakan Cairan Nitrogen

Tidak banyak orang yang tahu jika tahi lalat bisa dihilangkan dengan penggunaan cairan nitrogen. Cairan dingin ini disemprotkan dengan dosis kecil pada tahi lalat yang ingin dihilangkan. Proses ini dapat menghilangkan tahi lalat tapi meninggalkan luka lepuh. namun, luka ini dapat hilang sendirinya.

7.   Metode Pembakaran

Metode pembakaran juga dapat menghilangkan tahi lalat yang tidak diinginkan. Tahi lalat akan ditempelkan logam panas dengan tenaga listrik, agar lapisan atasnya terbakar. Memang tidak ada efek samping yang timbul, tetapi harus dilakukan berulang kali.

Berbagai cara rumahan untuk hilangkan tahi lalat, seperti :

a.   Bawang Putih

Cara alami untuk menghilangkan tahi lalat adalah dengan bawang putih. Tempelkan bawang putih dan tutup dengan perban, lalu diamkan semalaman. Lakukan cara ini hingga tahi lalat menghilang.

b.   Cuka Sari Apel

Kamu juga bisa menggunakan cuka sari apel untuk menghilangkan tahi lalat. Kandungan asam malat dan tartaratnya dapat menghilangkan warna hitam pada kulit yang tidak diinginkan. Oleskan sedikit cuka ke tempat yang diinginkan, lalu diamkan sejenak dan bersihkan.

Pertimbangan dan penjelasan dokter mengenai cara menghilangkan tahi lalat perlu dijadikan rujukan agar kita tidak merasa ragu atau menyesalinya di kemudian hari. Jika mengalami keluhan karena tahi lalat, kita bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran penanganan yang sesuai.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3770/cara-menghilangkan-tahi-lalat

Penanganan Nyeri dengan Pendekatan Non Farmakologi

Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan  adanya atau potensi terjadinya kerusakan jaringan atau tergambarkan seperti ada kerusakan. Nyeri melibatkan aspek persepsi subyektif  (dilaporkan oleh pasien).

Klasifikas Nyeri dibagi 2 yaitu :

  1. Nyeri akut : Proses fisiologis yang berfungsi sebagai tanda potensi penyakit/situasi yang membahayakan. Dimulai dengan rangsangan pada reseptor nyeri. Berlangsung singkat (<30>2)
  2. Nyeri Kronis : Nyeri berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Umumnya berlanjut hingga melewati masa penyembuhan cedera atau berhubungan dengan penyakit kronis. Seringkali tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi dengan jelas.
  3. Nyeri Kanker : Nyeri yang terjadi pada pasien dengan keganasan / neoplastik. Nyeri ini dapat disebabkan oleh penyakit itu sendiri (misalnya: invasi tumor, obstruksi organ), dan pengobatan (misalnya: antikanker, radiasi, dan sayatan bedah),  serta prosedur diagnostik (misalnya, biopsi).

Penanganan nyeri dapat dilakukan secara farmakologi dengan menggunakan obat – obatan dan dapat dilakukan secara non farmakologi. Berikut cara penanganan nyeri secara non farmakologi, yaitu :

  1. Latihan Fisik : Dengan melakukan peregangan, penguatan dan latihan aerobik
  2. Intervensi Sederhana :Intervensi sederhana (misalnya, dengan cara edukasi penanganan nyeri . Diharapkan setelah intervensi tertentu mengurangi tekanan pasien dan membantu mengurangi nyeri pasca-prosedur) 
  3. Intervensi Psikologik : Dapat berupa manajemen diri (metode kognitif, relaksasi), terapi cognitive-behavioural, dan hipnosis. 
  4. Hidroterapi : Menggunakan air untuk tujuan terapeutik. Adapun efek fisiologis dan terapeutik didasari pada efek termal dan mekanik. 
  5. TENS (transcutaneus electrical nerve stimulation) : Terapi non invasif.  Prinsipnya meneruskan/menyampaikan arus listrik melalui perantara kulit.  Efek fisiologis berupa selektif depolarisasi saraf sensorik-motor-nosisepsi perifer pada lapisan kulit
  6. Cryotherapy : Terapi ini menggunakan ice pack, handuk dingin atau preparat gel pack yang diaplikasikan pada kulit dengan peringkat intensitas yang nyaman terhadap pasien. Diberikan selama 15 menit.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3783/penanganan-nyeri-dengan-pendekatan-non-farmakologi

Mencegah Stress Eating

Apakah Anda pernah memakan sepotong kue atau satu bungkus keripik setelah melewati hari yang melelahkan di kantor atau kuliah? Jika ya, Anda tidak sendirian. Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa stres berkaitan dengan perubahan asupan makanan pada orang dewasa maupun anak-anak. Sekitar 35–40% orang meningkatkan asupan makanannya ketika mengalami stres, yang disebut dengan ‘stress eating’. Tentunya hal ini perlu menjadi perhatian karena perilaku tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit kronik dalam jangka panjang, seperti obesitas, melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan stroke.

Studi menunjukkan sebuah peristiwa yang memicu stres dapat mengaktivasi sistem yang berkaitan dengan metabolisme dan kognisi. Situasi saat seseorang makan dalam kondisi stres dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor fisiologis dan psikologis. Dalam keadaan stres, tubuh kita akan menghasilkan hormon kortisol dalam jumlah banyak. Jika kadar hormon kortisol yang tinggi dipertahankan dalam jangka waktu lama, maka akan mengarah pada peningkatan konsumsi makanan, penimbunan lemak, dan peningkatan berat badan. Secara psikologis, perilaku makan juga dapat membantu perasaan seseorang menjadi lebih baik dan mengurangi stres. Namun, studi menunjukkan hal tersebut hanya memberikan efek beberapa waktu saja dan tidak bertahan lama.

Berdasarkan studi, waktu memiliki peran yang penting dalam nafsu makan dan gut hormone yang berespons terhadap stres. Hasilnya menunjukkan bahwa sore hingga malam hari merupakan waktu dengan risiko tinggi seseorang untuk makan berlebihan, terutama jika dihubungkan dengan paparan stres.

Melihat dampak buruk stress eating yang begitu besar terhadap kesehatan, perlu bagi kita melakukan pencegahan dan pengelolaan agar stress eating tidak menjadi suatu kebiasaan. Berikut ada berbagai cara pencegahan stress eating yang dapat kita lakukan secara mandiri :

  1.  Mindfulness eating. Kesadaran menjadi aspek yang paling penting dalam mencegah stress eating. Seseorang sering kali tidak menyadari perilaku makannya yang disebut dengan “mindless eating”. Perilaku tersebut terjadi karena seringkali kita tidak memikirkan apa yang kita lakukan dan membiarkan kebiasaan atau dorongan bawah sadar kita mengambil alih. Oleh karena itu, mindfulness dapat membantu kita menempatkan momen jeda secara sadar sebelum perilaku makan dilakukan. Saat Anda akan memulai makan, cobalah untuk berlatih beberapa teknik berikut : Berhenti sejenak, ambilah nafas beberapa kali, amati perasaan anda, pilihlah opsi yangsesuai dengan perasaan anda (makanan atau aktivitas).
  2. <!–[if !supportLists]–><!–[endif]–>Mencari Tahu Aktivitas yang Menenangkan. Salah satu alasan mengapa aktivitas makan tidak dapat menghilangkan stres dalam jangka waktu lama adalah karena makan berhubungan dengan kesenangan. Sementara, saat Anda mengalami stres, yang Anda butuhkan adalah ketenangan, bukan kesenangan. Jadi, bagaimana cara mengetahui apa yang menenangkan Anda ? Keluarkan selembar kertas dan lakukan latihan 5-5-5-5-5, lalu tuliskan:
  • Lima orang yang bisa Anda hubungi saat Anda merasa sedih, kesal, atau perlu untuk bercerita (teman, orang tua).
  • Lima cara Anda ingin bersantai (mandi air panas, angkat kaki)
  • Lima tempat yang Anda datangi untuk menenangkan diri (tempat tidur, taman favorit)
  • Lima hal yang dapat Anda katakan pada diri sendiri (“Saya bisa melakukan ini,” “Ini akan berlalu,” ).
  • Lima aktivitas yang dapat Anda lakukan untuk mengalihkan perhatian (memulai teka-teki, menonton film, menjalankan tugas, dll.)
  1. Gantungkan daftar ini di tempat yang mudah dilihat, seperti di lemari es atau lemari, dan lihatlah ketika Anda membutuhkan pengingat untuk membuat pengalihan. Lakukan pengalihan tersebut setidaknya selama lima menit.  

3. Melakukan Teknik Relaksasi

Teknik relaksasi merupakan cara terbaik untuk membantu dalam manajemen stres. Teknik ini umumnya melibatkan fokus dan kesadaran. Saat Anda mempelajari teknik relaksasi, Anda akan menjadi lebih sadar akan kondisi fisik diri sendiri, seperti adanya ketegangan otot atau reaksi fisik lainnya terhadap stres. Setelah Anda mengetahui seperti apa respons stres yang dirasakan, Anda bisa mencoba melakukan teknik relaksasi segera setelah Anda mulai merasakan gejala stres. Hal ini dapat mencegah stres menjadi tidak terkontrol dan memunculkan stress eating. Selain itu, teknik relaksasi dapat dilakukan di mana saja tanpa adanya biaya yang dikeluarkan, meliputi teknik bernafas dalam, relaksasi otot progresif, dan visualisasi.

4.  Mencoba Alternatif Makanan Sehat

Jika teknik-teknik sebelumnya tidak sepenuhnya menghilangkan dorongan stress eating, Anda tetap dapat melanjutkan makan, namun dengan menggunakan makanan yang lebih sehat, seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, serta cemilan sehat lainnya. Semua hal ini bisa bermanfaat bagi tubuh dan mencegah Anda dari kenaikan berat badan.

Stres eating merupakan perilaku normal, namun bisa juga merupakan aspek dari gangguan makan. Makan akibat stres dapat berkembang menjadi pola makan yang tidak teratur dan terkendali sehingga menjadi masalah bagi Anda dalam keseharian. Stres eating mungkin menjadi masalah jika:

  • <!–[if !supportLists]–>Sering terjadi
  • <!–[if !supportLists]–>Tidak dapat dikendalikan/dikontrol
  • <!–[if !supportLists]–>Menjadi cara utama untuk mengatasi stres
  • <!–[if !supportLists]–>Menyebabkan masalah lain, baik secara fisik maupun emosional.

Kapan saatnya mencari bantuan ?

Berbagai cara di atas dapat membantu Anda untuk mulai lebih memahami apa yang Anda rasakan dan bagaimana meresponsnya. Namun jika Anda sering mengalami stres akibat makan yang tidak terkendali dan sepertinya tidak bisa berhenti, mungkin inilah saatnya untuk mencari bantuan dan menemui profesional kesehatan mental, seperti psikiater.

Terapis dapat membantu dalam memahami pemicu Anda dan meningkatkan rutinitas perilaku baru untuk merespons stres. Selain itu, jika perilaku makan disebabkan oleh skema berpikir yang kurang tepat terkait stres, proses ini bisa dibantu oleh terapis dengan pendekatan terapi kognitif perilaku. Dengan memiliki pola pikir yang lebih baik, maka diharapkan kualitas hidup seseorang juga akan semakin meningkat.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3765/mencegah-stress-eating

Cegah Obesitas untuk Hindari Penyakit Degeneratif

Berdasarkan survei di Amerika, separuh dari orang dengan obesitas tidak mengetahui dampak negatifnya terhadap kesehatan. Bahkan, masih banyak diantara mereka yang tidak mengetahui bahwa ia mengalami obesitas. Kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan agar obesitas tidak hanya dikenal sebagai masalah kosmetik semata, namun merupakan penyakit serius dengan dampak kesehatan yang signifikan, dampak pada produktivitas, beban finansial, dan berisiko mengakibatkan kematian.

Obesitas merupakan permasalahan kesehatan global, yang kejadiannya terus meningkat secara signifikan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Pada tahun 2020, diperkirakan terdapat 764 juta orang dewasa, yaitu sekitar 15% orang dewasa di dunia mengalami obesitas. Di Indonesia, sejak tahun 1999 hingga 2016 kasus overweight dan obes di Indonesia meningkat dari 15,8% menjadi 28,2%. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 bahkan menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia mengalami overweight atau obes.

Orang dengan obesitas berisiko mengalami penyakit kronis degeneratif dari ujung kepala hingga ujung kaki, seperti stroke, demensia, penyakit jantung dan pembuluh darah, obstructive sleep apnea (OSA), penyakit ginjal kronis, kanker, osteoarthritis, bahkan hingga penyakit kulit seperti dermatitis atopi dan psoriasis. Obesitas pada wanita juga berdampak pada keselamatan ibu dan anak saat persalinan. Obesitas juga meningkatkan risiko kematian. Data tahun 2019 menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko ke-5 terbesar atas kematian setelah darah tinggi, merokok, polusi udara dan gula darah tinggi. Dampak obesitas pada luaran penyakit dapat dilihat pada masa pandemi. Terbukti bahwa pasien COVID-19 dengan obesitas memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk mengalami COVID-19 yang berat, seperti dirawat di ICU dan  menggunakan alat bantu pernapasan berupa ventilasi.

Untungnya, obesitas dapat dicegah dan diobati. Obesitas terjadi karena adanya energi atau kalori berlebih di tubuh sehingga tersimpan sebagai lemak. Untuk mencegah obesitas, kondisi kalori berlebih harus dihindari dengan keseimbangan antara asupan kalori dan aktivitas fisik. Gaya hidup sehat dan aktif seperti yang diingatkan oleh pemerintah melalui slogan “CERDIK” – Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres – dapat mengurangi risiko obesitas.

Bagi mereka yang telah mengalami obesitas, penurunan berat badan menjadi tujuan utama dalam penanganan. Tahap pertama penanganan adalah intervensi gaya hidup yang terdiri dari diet sehat dan aktivitas fisik yang teratur untuk mencapai defisit kalori. Intervensi dengan obat anti-obesitas (OAO) dipertimbangkan pada beberapa kondisi namun harus selalu diberikan sebagai terapi pendamping intervensi gaya hidup. Beberapa terapi obat yang bisa digunakan adalah orlistat, phentermine-topiramate, naltrexone-bupropion, liraglutide dan semaglutide. Syarat dimulai terapi OAO adalah IMT ? 30 kg/m2 atau IMT ? 27 kg/mdengan minimal satu penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi maupun gangguan lipid.  Pada kondisi obesitas berat, yaitu IMT ? 40 kg/matau IMT ? 35 kg/m dengan penyakit penyerta yang berat, intervensi bedah seperti bariatric surgery perlu dipertimbangkan. Karena tingginya risiko relaps pada obesitas, penanganan tidak berhenti saat target berat badan tercapai, namun berkelanjutan dengan pemantauan dan manajemen berkala.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3767/cegah-obesitas-untuk-hindari-penyakit-degeneratif

Mengenal Cedera Olahraga dan Cara Pencegahannya

Cedera olahraga adalah cedera yang terjadi selama aktivitas fisik atau olahraga. Cedera ini dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh seperti tulang, otot, tendon, dan ligamen. Berikut adalah beberapa jenis cedera olahraga yang umum dan cara pencegahannya:

Jenis Cedera Olahraga

1. Cedera Akut

  • Sprain (Terkilir): Cedera pada ligamen yang menghubungkan tulang di sendi.
  • Strain (Otot Terkilir): Cedera pada otot atau tendon.
  • Fraktur (Patah Tulang): Patah atau retak pada tulang.
  • Dislokasi: Tulang keluar dari sendi.
  • Cedera Rotator Cuff: Cedera pada otot dan tendon di sekitar bahu.

2. Cedera Kronis

  • Tendinitis: Peradangan pada tendon akibat penggunaan berlebihan.
  • Shin SplintsNyeri di tulang kering akibat aktivitas berlebihan.
  • Stress Fractures: Retakan kecil pada tulang akibat tekanan berulang.

Mengenali gejala awal dari cedera olahraga pun sangat penting untuk mencegah kondisi yang lebih serius dan memastikan pemulihan yang cepat.

Gejala Awal Cedera Olahraga

1. Nyeri

  • Nyeri Sendi: Nyeri pada sendi selama atau setelah aktivitas fisik bisa menjadi tanda awal cedera. Jika nyeri berlanjut atau semakin parah, ini mungkin menunjukkan adanya kerusakan pada struktur sendi.
  • Nyeri Otot: Nyeri otot yang muncul saat atau setelah berolahraga bisa menjadi tanda strain otot. Nyeri ini biasanya terasa saat otot digunakan atau ditekan.

2. Pembengkakan

Pembengkakan di sekitar area yang cedera adalah tanda umum dari cedera akut seperti sprain atau strain. Pembengkakan menunjukkan adanya peradangan atau akumulasi cairan di area tersebut.

3. Nyeri Tekan

Jika area tertentu terasa nyeri saat ditekan, ini bisa menjadi indikasi adanya cedera pada otot, tendon, atau tulang. Nyeri tekan yang signifikan di satu sisi tubuh dibandingkan dengan sisi lainnya adalah tanda yang jelas.

4. Rentang Gerak Terbatas

Kesulitan atau ketidakmampuan untuk menggerakkan sendi atau otot secara penuh bisa menunjukkan adanya cedera. Rentang gerak yang terbatas sering kali disertai dengan nyeri dan pembengkakan.

5. Mati Rasa atau Kesemutan

Gejala ini sering kali berkaitan dengan kompresi saraf dan bisa menjadi tanda cedera serius. Jangan mengabaikan mati rasa atau kesemutan, terutama jika berlanjut atau semakin parah.

6. Kelemahan Otot

Kelemahan atau ketidakmampuan untuk menopang berat badan pada area yang cedera bisa menunjukkan adanya robekan otot atau tendon. Kelemahan ini sering kali muncul setelah nyeri awal.

7. Perubahan Bentuk atau Bunyi

  • Benjolan atau Deformitas: Adanya benjolan atau perubahan bentuk pada area yang cedera bisa menunjukkan dislokasi atau patah tulang.
  • Bunyi Saat Digerakkan: Bunyi “klik” atau “pop” saat menggerakkan sendi bisa menjadi tanda adanya cedera pada ligamen atau tulang.

Kapan Harus Mencari Bantuan Medis ?

  • Nyeri yang Tidak Hilang: Jika nyeri berlanjut atau semakin parah setelah beberapa hari, segera konsultasikan dengan dokter.
  • Pembengkakan yang Signifikan: Pembengkakan yang tidak berkurang atau semakin parah memerlukan evaluasi medis.
  • Keterbatasan Gerak yang Parah: Jika Anda tidak bisa menggerakkan sendi atau otot secara normal, segera cari bantuan medis.
  • Mati Rasa atau Kesemutan yang Berlanjut: Gejala ini bisa menunjukkan cedera saraf yang serius dan memerlukan perhatian medis segera.
  • Kelemahan yang Signifikan: Kelemahan yang mengganggu aktivitas sehari-hari atau olahraga harus dievaluasi oleh profesional medis.

Cara Pencegahan Cedera Olahraga

1. Pemanasan dan Pendinginan

  • Pemanasan: Lakukan pemanasan sebelum berolahraga untuk meningkatkan aliran darah ke otot dan mengurangi risiko cedera. Contoh pemanasan termasuk jogging ringan atau dynamic stretching seperti jumping jacks dan arm circles.
  • Pendinginan: Setelah berolahraga, lakukan pendinginan dengan stretching statis untuk membantu otot kembali ke kondisi normal dan mengurangi kekakuan.

2. Teknik yang Benar

  • Pelatihan Teknik: Pelajari dan gunakan teknik yang benar dalam setiap olahraga untuk mengurangi tekanan pada tubuh. Instruktur atau pelatih dapat membantu memperbaiki teknik.
  • Peralatan yang Tepat: Gunakan peralatan yang sesuai dan dalam kondisi baik, seperti sepatu dengan dukungan yang memadai dan pelindung seperti helm dan pelindung lutut.

3. Latihan Kekuatan dan Fleksibilitas

  • Latihan Kekuatan: Latihan kekuatan seperti angkat beban dapat memperkuat otot dan ligamen, mengurangi risiko cedera.
  • Latihan Fleksibilitas: Peregangan secara rutin dapat meningkatkan fleksibilitas otot dan sendi, mengurangi risiko cedera.

4. Istirahat yang Cukup

  • Istirahat: Berikan waktu istirahat yang cukup antara sesi latihan untuk memungkinkan tubuh pulih. Hindari overtraining yang dapat menyebabkan cedera kronis.
  • Pemulihan Cedera: Pastikan cedera sebelumnya telah sembuh sepenuhnya sebelum kembali berolahraga untuk menghindari cedera ulang.

5. Hidrasi dan Nutrisi

  • Hidrasi: Minum cukup air sebelum, selama, dan setelah berolahraga untuk mencegah dehidrasi yang dapat meningkatkan risiko cedera.
  • Nutrisi: Konsumsi makanan yang seimbang dengan cukup protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral untuk mendukung kesehatan otot dan tulang.

6. Pemeriksaan Medis Rutin

Konsultasi Medis: Lakukan pemeriksaan medis rutin untuk memantau kesehatan dan kebugaran tubuh. Diskusikan dengan dokter tentang program latihan yang sesuai dengan kondisi fisik Anda.

7. Penggunaan Alat Pelindung

Gunakan alat pelindung yang sesuai dengan jenis olahraga yang dilakukan, seperti pelindung mulut, pelindung lutut, dan helm.

Pengobatan sering dimulai dengan metode RICE (Rest, Ice, Compression, dan Elevation) untuk meredakan nyeri, mengurangi pembengkakan, dan mempercepat penyembuhan. Perawatan lain yang mungkin termasuk obat pereda nyeri seperti ibuprofen atau acetaminofen, imobilisasi area yang cedera, rehabilitasi, dan kadang-kadang operasi.

Dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan ini, risiko cedera olahraga dapat diminimalkan, memungkinkan Anda untuk tetap aktif dan sehat. Jika cedera terjadi, segera hentikan aktivitas dan konsultasikan dengan profesional medis untuk penanganan yang tepat.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3786/mengenal-cedera-olahraga-dan-cara-pencegahannya

Kehamilan dapat Menyebabkan Gagal Jantung?

Peripartum cardiomyopathy (PPCM) adalah kondisi serius yang menyebabkan gagal jantung pada wanita selama bulan terakhir kehamilan atau dalam beberapa bulan setelah melahirkan. Meskipun jarang terjadi, PPCM dapat mengancam nyawa dan memerlukan perhatian medis segera. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya PPCM.

1. Pemeriksaan Kehamilan Rutin

Pemeriksaan kehamilan yang rutin dan teratur sangat penting untuk memastikan kesehatan ibu dan janin. Selama pemeriksaan, dokter dapat memantau tanda-tanda awal yang mungkin menunjukkan risiko PPCM dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.

2. Kendalikan Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi atau hipertensi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko PPCM. Untuk mengurangi risiko ini selalu cek tekanan darah anda selama kunjungan prenatal, konsumsi makanan rendah garam dan kaya nutrisi, lakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki atau yoga prenatal setelah mendapatkan persetujuan dokter.

3. Kelola Stres

Stres yang berlebihan dapat mempengaruhi kesehatan jantung. Beberapa cara untuk mengelola stres termasuk dengan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga. Dukungan sosial juga merupakan factor penting dalam pengelolaan stress: berbicara dengan teman, keluarga, atau bergabung dengan kelompok dukungan untuk ibu hamil, dapat membantu calon ibu unuk lebih rileks.

4. Hindari Kebiasaan Tidak Sehat

Kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi kehamilan, termasuk PPCM. Jika Anda merokok atau minum alkohol, sangat penting untuk berhenti selama kehamilan.

5. Gizi yang Baik

Pola makan yang seimbang dan sehat dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan mengurangi risiko PPCM. Pastikan untuk makan makanan kaya nutrisi, yaitu diet yang terfokus pada buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak. Minum air yang cukup untuk memastikan tubuh terhidrasi dengan baik.

6. Mengenali Gejala PPCM

Mengetahui tanda-tanda awal PPCM dapat membantu mendapatkan perawatan medis lebih cepat. Gejala-gejala tersebut meliputi:

– Sesak Napas: Baik saat beraktivitas maupun beristirahat.

– Bengkak pada Kaki dan Pergelangan Kaki: Akibat penumpukan cairan.

– Kelelahan Ekstrem: Merasa sangat lelah tanpa alasan yang jelas.

– Palpitasi Jantung: Detak jantung yang tidak teratur atau berdebar-debar.

Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, segera hubungi dokter.

7. Riwayat Kesehatan

Diskusikan riwayat kesehatan Anda dengan dokter. Jika ada riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau kardiomiopati, dokter mungkin akan melakukan pemantauan lebih ketat selama kehamilan Anda.

8. Ikuti Saran Medis

Patuh terhadap semua saran dan rekomendasi medis dari dokter sangat penting untuk mencegah PPCM. Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan atau menyampaikan kekhawatiran Anda kepada dokter.

Lalu apa yang harus diperhatikan berikutnya bila anda terdiagnosis dengan PCM?

Penanganan PPCM memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan berbagai spesialis. Berikut adalah beberapa pendekatan utama dalam penanganan PPCM:

Medikamentosa:

Diuretik: Merupakan obat untuk mengurangi penumpukan cairan melalui urin, hal ini diharapkan dapat mengurangi rasa sesak, bengkak-bengkak, serta menurunkan beban kerja jantung.

Obat Tekanan Darah: Untuk mengurangi tekanan darah dan melindungi jantung, sesuai dengan kondisi anda secara umum anda akan diberikan obat penurun tekanan darah seperti ACE Inhibitor/ARB dan/atau Beta-blocker.

Obat pengencer darah/ Antikoagulan: Untuk mencegah pembekuan darah pada pasien dengan fungsi jantung yang sangat rendah.

Non-Medikamentosa:

Mendukung Gaya Hidup Sehat: Termasuk diet sehat, latihan fisik yang diawasi, dan berhenti merokok.

Pemantauan Ketat: Pemantauan tanda-tanda vital dan kondisi jantung secara teratur.

Intervensi Bedah:

Dalam kasus yang sangat parah, transplantasi jantung atau penggunaan perangkat bantuan jantung mungkin diperlukan.

Prognosis untuk pasien dengan PPCM bervariasi. Beberapa wanita mungkin mengalami pemulihan penuh fungsi jantung dalam beberapa bulan hingga satu tahun setelah diagnosis, sementara yang lain mungkin mengalami penurunan fungsi jantung yang berkelanjutan dan memerlukan pengobatan seumur hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis meliputi:

Fungsi Jantung Awal: Semakin rendah fraksi ejeksi awal, semakin buruk prognosisnya.

Respon Terhadap Pengobatan: Pasien yang merespon baik terhadap pengobatan biasanya memiliki prognosis yang lebih baik.

Komorbiditas: Kehadiran kondisi medis lain seperti diabetes atau hipertensi dapat memperburuk prognosis.

Pencegahan PPCM melibatkan kombinasi dari perawatan prenatal yang baik, gaya hidup sehat, dan kewaspadaan terhadap gejala yang mencurigakan. Dengan langkah-langkah ini, risiko terjadinya PPCM dapat diminimalkan, sehingga ibu hamil dapat menikmati kehamilan yang sehat dan aman.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3781/kehamilan-dapat-menyebabkan-gagal-jantung

Serangan Jantung pada Usia Muda? Memangnya bisa?

Masalah jantung merupakan tantangan serius dalam kesehatan global yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Penyakit jantung dapat mencakup berbagai kondisi, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan gangguan irama jantung. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyebab kematian utama di tingkat global, dengan tingkat kematian mencapai 17,9 juta nyawa setiap tahunnya. Data penyakit jantung di Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Hal ini menandakan bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi permasalahan kesehatan yang semakin serius di negara ini. Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, angka kejadian penyakit jantung terus meningkat setiap tahunnya. Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di Indonesia, menyumbang sejumlah besar kasus morbiditas dan mortalitas. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa jumlah kasus penyakit jantung mencapai 1,5 % yang artinya mengalami peningkatkan dalam kurun 5 tahun terakhir sebanyak 3 kali lipat. Berdasarkan kelompok usia, persentase kasus penyakit jantung pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 2,4 %, kelompok usia 35-44 tahun sebesar 1,3 %, dan kelompok usia 25-34 tahun mencapai 0,8 %.

Serangan jantung pada usia muda menjadi perhatian serius dalam bidang kesehatan. Meskipun serangan jantung umumnya dikaitkan dengan orang tua atau faktor risiko jangka panjang, angka serangan jantung pada usia muda telah meningkat secara signifikan. Serangan jantung terjadi ketika aliran darah yang mengandung oksigen ke otot jantung mengalami gangguan atau terhenti secara tiba-tiba. Gangguan ini disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner akibat penumpukan plak, yang terdiri dari lemak, kolesterol, dan zat lainnya. Proses ini dikenal sebagai aterosklerosis. Apabila plak tersebut pecah, dapat menyebabkan pembekuan darah yang menghalangi aliran darah normal ke otot jantung. Akibatnya, terjadi kerusakan atau bahkan kematian pada jaringan otot jantung.

Beberapa faktor risiko dan tantangan unik dapat membuat seseorang mengalami serangan jantung pada usia yang relatif muda, sehingga penting untuk memahami dan menyadari hal ini. Studi Lu dkk., (2022) menganalisis data dari 2.264 orang berusia 18 hingga 55 tahun yang dirawat inap akibat serangan jantung. Studi tersebut menemukan bahwa terdapat tujuh faktor risiko yang secara ilmiah terbukti signifikan menyebabkan serangan jantung pada usia muda, antara lain:

Diabetes

Diabetes meningkatkan risiko serangan jantung karena dapat merusak pembuluh darah dan saraf, menyebabkan peradangan, dan memicu penumpukan plak pada dinding arteri. Gula darah tinggi dapat merusak pembuluh darah jantung, meningkatkan tekanan darah, dan menyebabkan kerusakan pada sistem kardiovaskular.

Depresi

Keterkaitan antara depresi dan serangan jantung telah banyak diteliti. Depresi dapat memengaruhi gaya hidup, seperti kurangnya aktivitas fisik dan kecenderungan merokok, serta memicu perubahan biologis yang dapat merusak fungsi jantung. Selain itu, depresi dapat menyebabkan peningkatan faktor risiko lain, seperti tekanan darah tinggi.

Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi membebani jantung dengan memaksanya bekerja lebih keras untuk memompa darah. Pada jangka panjang, hal ini dapat merusak arteri dan meningkatkan risiko serangan jantung. Pembuluh darah terkait dapat mengalami penebalan atau pelebaran yang tidak normal sehingga memudahkan pembentukan bekuan darah.

Merokok

Rokok mengandung zat kimia yang dapat merusak pembuluh darah, meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL), dan memicu peradangan. Nikotin dalam rokok juga dapat menyempitkan pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan mengurangi jumlah oksigen yang sampai ke jantung, semua faktor di atas dapat meningkatkan risiko serangan jantung.

Riwayat Keluarga Serangan Jantung

Jika ada riwayat serangan jantung dalam keluarga, terutama pada orang tua atau saudara kandung, risiko seseorang untuk mengalami serangan jantung juga meningkat. Faktor genetik dan faktor gaya hidup yang dapat diwariskan, seperti kebiasaan makan dan tingkat aktivitas fisik, dapat berkontribusi pada peningkatan risiko ini.

Pendapatan Rumah Tangga Rendah

Pendapatan rendah dapat menjadi faktor risiko serangan jantung melalui pengaruhnya terhadap gaya hidup dan akses terhadap perawatan kesehatan yang memadai. Keterbatasan ekonomi dapat membatasi akses terhadap makanan bergizi, fasilitas kebugaran, dan perawatan kesehatan yang diperlukan untuk mengelola faktor risiko kesehatan.

Kolesterol Tinggi

Kolesterol tinggi, khususnya kadar LDL yang tinggi, dapat menyebabkan penumpukan plak pada dinding arteri. Plak ini dapat menghalangi aliran darah ke jantung sehingga menyebabkan serangan jantung. Oleh karena itu, mengelola kadar kolesterol dengan pola makan sehat dan gaya hidup aktif sangat penting untuk mengurangi risiko serangan jantung.

Gejala Serangan Jantung pada Usia Muda

Serangan jantung pada usia muda mungkin tidak selalu menunjukkan gejala khas layaknya kelompok lansia yaitu nyeri dada kiri terasa seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri .Oleh karena itu, penting untuk memahami gejala lainnya yang tidak selalu terkait dengan nyeri dada, antara lain:

  • Nyeri atau ketidaknyamanan di bagian atas tubuh, lengan, leher, atau punggung.
  • Sesak napas.
  • Mual atau muntah.
  • Kelelahan yang berlebihan.
  • Pusing atau pingsan.

Berikut ini adalah 6 langkah sehat untuk mencegah serangan jantung yang penting untuk diketahui kelompok usia muda, antara lain:

  1. Periksa kesehatan secara rutin seperti mengukur tekanan darah, kadar gula darah, dan kadar kolesterol dalam tubuh.
  2. Menghindari rokok dan alkohol.
  3. Berolahraga secara teratur, minimal 30 menit per hari atau 150 menit per minggu dengan olahraga intensitas sedang.
  4. Kelola stres dengan melakukan meditasi, melatih berpikir positif, atau melakukan hobi yang menyenangkan.
  5. Terapkan diet sehat jantung seperti tinggi serat, rendah lemak, kaya akan omega 3, dan batasi konsumsi garam serta daging merah.
  6. Jaga berat badan ideal

Dengan menerapkan langkah pencegahan tersebut, maka risiko serangan jantung, baik bagi kelompok usia muda maupun kelompok lansia dapat diminimalisir.

Mengetahui perbedaan antara serangan jantung dan henti jantung merupakan hal yang krusial. Serangan jantung terjadi saat aliran darah ke jantung terhenti, sedangkan henti jantung melibatkan kelainan listrik yang membuat detak jantung berhenti. Meskipun serangan jantung bisa menjadi pemicu henti jantung, keduanya memiliki mekanisme dan pendekatan penanganan yang berbeda. Oleh karena itu, jika mengalami gejala-gejala serangan jantung atau merasa ragu terkait kondisi yang sedang dialami, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan atau mendatangi fasilitas kesehatan terdekat.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3779/serangan-jantung-pada-usia-muda-memangnya-bisa

Pemeriksaan Rekam Jantung untuk Siapa Saja?

Rekam jantung atau Elektrokardiogram (EKG) adalah alat bantu diagnosis sederhana dan non invasif yang pemeriksaannya dapat dilakukan kapan saja. Pemeriksaan EKG bertujuan mendeteksi adanya kelainan seperti aritmia atau gangguan irama jantung, penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, peradangan jantung (miokarditis atau perikarditis), hingga pembesaran jantung. Walaupun tes EKG memeriksa impuls listrik jantung, namun tidak ada arus listrik yang dialirkan ke tubuh pasien selama prosedur pemeriksaan.

Elektrokardiogram adalah tes yang aman, non-invasif dan tidak menimbulkan rasa sakit tanpa risiko atau komplikasi besar. Reaksi alergi atau sensitivitas kulit terhadap gel perekat dapat terjadi dan biasanya hilang segera setelah patch elektroda dilepas dan dalam banyak kasus, tidak memerlukan perawatan apa pun. Artefak dan distorsi menimbulkan kesulitan diagnostik yang serius dan dapat mengakibatkan interpretasi EKG yang tidak akurat yang berpotensi mengakibatkan intervensi terapeutik yang merugikan.

Siapa Saja yang Memerlukan Pemeriksaan EKG?

Pemeriksaan EKG penting bagi pasien yang memiliki gejala penyakit jantung seperti nyeri dada, kesulitan bernapas, detak jantung tidak teratur dan pasien dengan riwayat penyakit jantung. Pemeriksaan EKG dapat direkomendasikan pada pasien dengan faktor risiko penyakit jantung seperti kadar kolesterol darah yang tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, merokok atau faktor risiko penyakit jantung lainnya serta sebelum dan setelah menjalani operasi atau bedah jantung.

Bagaimana Proses Pemeriksaan EKG ?

Elektrokardiogram memerlukan persiapan khusus. Sebelum prosedur diperlukan riwayat singkat mengenai obat-obatan dan alergi terhadap gel perekat. Suhu ruangan harus dijaga optimal agar tidak menggigil. Pasien harus mengenakan gaun dan lokasi elektroda diidentifikasi. Untuk kontak yang baik antara permukaan tubuh dan elektroda, disarankan untuk mencukur bulu dada dan kemudian mengoleskan gel perekat elektrokardiografi ke elektroda. Benda logam apa pun, seperti perhiasan atau jam tangan, harus dilepas. Sadapan ekstremitas dan prekordial harus ditempatkan secara akurat untuk menghindari salah tafsir vektor. Terakhir, pasien harus berbaring dan rileks sebelum merekam strip standar 10 detik. Pemeriksaan EKG berlangsung singkat, tidak menimbulkan rasa sakit, pasien harus melepas perhiasan dan aksesori serta berbaring di atas tempat tidur atau meja periksa. Elektroda akan di tempel pada dada, kaki dan lengan pasien. Elektroda adalah alat berupa lempengan logam dengan kabel yang terhubung ke mesin EKG.

Apa Sajakah Jenis Elektrokardiogram ?

Beberapa jenis pemeriksaan aktivitas listrik jantung yang berbeda dengan EKG standar dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan jantung yang mungkin tidak terdeteksi dengan EKG biasa. Salah satunya adalah tes stres, di mana EKG dilakukan saat pasien melakukan aktivitas fisik seperti berjalan atau berlari di atas treadmill. Holter monitor adalah monitor kecil yang ditempel didada yang dapat merekam aktivitas listrik jantung selama 1–2 hari. Pasien dapat menjalani aktivitas mereka seperti biasa selama pemakaian Holter monitor, dengan catatan untuk menjaga elektroda dan monitor tetap kering. Event monitor adalah alat serupa dengan Holter monitor tetapi merekam aktivitas listrik jantung hanya ketika gejala gangguan jantung muncul. Event monitor dapat digunakan hingga satu bulan untuk mendeteksi gangguan yang mungkin terjadi secara sporadis.

Apa sajakah Kontraindikasi Relatif Pemeriksaan Elektrokardiogram ?

1.      Pasien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan EKG

2.      Pasien Alergi terhadap perekat yang digunakan untuk menempelkan timah

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3780/pemeriksaan-rekam-jantung-untuk-siapa-saja

Sebelum Konsumsi, Perlu Ketahui Jenis Vitamin yang Larut dalam Lemak

Vitamin adalah Nutrisi tambahan yang diperlukan bagi tubuh untuk bisa menunjang kinerja tubuh. Zat yang sangat penting bagi tubuh manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Vitamin secara garis besar terbagi 2 yaitu : vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air . Vitamin yang larut dalam lemak, adalah sebagai berikut :

  1. Vitamin A terdapat di dalam minyak ikan, keju, kuning telur, sayuran berwarna hijau dan kemerah-merahan, seperti tomat dan wortel
  2. Vitamin D terdapat di dalam minyak ikan, kuning telur, susu, mentega, dan sebagainya, diproduksi dalam tubuh ketika badan terkena sinar matahari
  3. Vitamin E terdapat di dalam minyak, padi-padian, kuning telur
  4. Vitamin K terdapat di dalam sayur bayam, kubis, makanan dari ikan yang dibusukkan, kuning telur.

Vitamin A merupakan Nutrisi penting untuk penglihatan, pertumbuhan, pembelahan sel, reproduksi, dan sistem  kekebalan   tubuh.komunikasi antar sel, melindungi organ penting (Jantung, paru, ginjal, dsb)
Sumber Vitamin A : wortel, brokoli, labu siam, labu kuning, bayam, kubis, ubi jalar, daging herbivora, susu, telur, hati dan minyak hati ikan.
Nama Obat  :  Vitamin A
Indikasi  :  Mencegah dan mengobati defisiensi vit A.
Aturan pakai   : Sesudah makan
Dosis : Orang dewasa berusia 19-64 tahun: 700 mikrogram (mcg)/hari untuk pria dan 600 mcg/hari untuk wanita,  Ibu hamil: 770 mcg/hari,  Ibu menyusui: 1300 mcg/hari.
Kekurangan vitamin A:
– Dosis pengobatan: 10.000 – 20.000 unit (IU) per hari selama 2 bulan.
– Dosis pencegahan: 10.000 – 50.000 IU per hari.

Vitamin D adalah nutrisi yang diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium dan fosfor di dalam tubuh. Vitamin ini berperan dalam menjaga kesehatan tulang dan gigi, serta sistem imunitas.
Sumber Vitamin D : Telur, ikan, keju, susu.
Nama Obat      : Vitamin D 
Aturan pakai   : Sesudah makan
Indikasi   : Mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin D, dan digunakan dalam pengobatan osteoporosis
Dosis : Usia >50 tahun: 20–25 mcg (800–1.000 IU) per hari. 

Vitamin E adalah vitamin larut lemak yang penting untuk menjaga kesehatan kulit, mata, otak, dan organ reproduksi. Vitamin ini memiliki efek antioksidan sehingga mampu menangkal radikal bebas penyebab penyakit. Selain dari makanan, asupan vitamin E juga dapat diperoleh dari suplemen.
Sumber Vitamin E: kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak nabati, seperti minyak zaitun, dan minyak canola. Vitamin E juga bisa diperoleh dengan mengonsumsi sayuran hijau.
Nama Obat      : Vitamin E
Aturan pakai   : Sesudah makan
Indikasi         : Mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin E, serta sebagai suplemen pada kondisi cystic fibrosis
Dosis :  Dewasa: 134–268 mg (200–400 IU) per hari.

Vitamin K adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam proses pembekuan darah. Vitamin K terkandung secara alami di dalam makanan serta tersedia dalam bentuk suplemen tambahan.
Sumber Vitamin K: bayam, kale, brokoli, lobak, sawi, kubis, alpukat, kiwi, delima, tomat, dan anggur. Vitamin ini juga dapat ditemukan di ikan, daging, hati, serta kuning telur.
Nama Obat      : Vitamin K
Aturan pakai   : Sesudah makan
Indikasi         : Mengatasi kekurangan vitamin K pada bayi baru lahir dan mengatasi perdarahan akibat kelebihan obat pengencer darah (antikoagulan).
Dosis :
– Dewasa: 2,5–25 mg.
– Bayi baru lahir 1–2 mg saat bayi lahir, dilanjutkan dengan 2 mg saat bayi berusia 4–7 hari, dan 2 mg setelah bayi berusia 1 bulan.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3754/sebelum-konsumsi-perlu-ketahui-jenis-vitamin-yang-larut-dalam-lemak

Pertolongan Pertama pada Fraktur atau Patah Tulang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan pada tulang dan tulang tidak mampu untuk menahannya. Kondisi tersebut terjadi tiba-tiba akibat trauma, kecelakaan, terjatuh ataupun cedera olahraga. Kejadian tersebut bisa saja terjadi dimana saja dan kapan saja. Untuk mencegah terjadinya perburukan akibat patah tulang atau fraktur, terdapat metode pertolongan pertama pada patah tulang yang perlu dilakukan sampai mendapatkan pertolongan medis.

Mengenali ciri-ciri patah tulang 

Seseorang perlu dengan cepat mengenali bagaimana tanda dan gejala dari fraktur atau patah tulang sebelum melakukan penanganan pertama, yaitu:

1.    Nyeri, adanya rasa nyeri yang terus bertambah dan tidak tertahankan pada lokasi patah tulang

2.    Bengkak, kebiruan atau memar pada area terdampak.

3.    Perubahan bentuk atau deformitas karena adanya pergeseran tulang yang patah

4.    Adanya robekan kulit pada beberapa kasus patah tulang terbuka

5.    Adanya keterbatasan gerak.

Langkah pertolongan pertama pada patah tulang

Bila menemukan gejala seperti diatas, sesegera mungkin meminta pertolongan medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Sambil menunggu pertolongan medis kita dapat melakukan pertolongan pertama untuk mencegah komplikasi, dengan cara:

1. Mengamati kondisi tubuh korban 

Dengan mengamati kondisi korban secara menyeluruh  terlebih dahulu, memastikan ada kegawatdaruratan lain atau tidak.  Penolong perlu mengamati apakah pasien masih dalam kondisi sadar penuh atau tidak, dengan melakukan cek respon pasien terhadap suara dan sentuhan. Apabila korban tidak sadar dan tidak ada respon segera lakukan pengecekan nadi dan melakukan pertolongan resusitasi jantung paru.

2. Menghentikan pendarahan

Setelah dilakukan pengamatan pada korban dan dinilai korban lanjutkan dengan mengamati apakah ada perdarahan atau tidak. Gejala ini akan ditemukan pada korban dengan patah tulang terbuka. Apabila menemukan perdarahan, segera hentikan perdarahan dengan cara melakukan penekanan atau penutupan pada area perdarahan dengan perban atau kain bersih di sekitar anda. 

3. Membatasi gerak dan aktifitas

Langkah selanjutnya adalah membatasi gerak korban. Bila ditemukan cedera pada kepala, tulang leher atau tulang belakang hindari memindahkan tubuh korban dengan berlebihan. Segera minta bantuan dan lakukan pembatasan gerak dengan hati-hati bila ditemukan cedera pada anggota tersebut, guna mencegah perburukan kondisi.

Apabila area tulang leher, kepala dan tulang belakang di rasa aman namun ditemukan patah tulang pada tangan maupun kaki segera laukan pemasangan bidai dengan menggunakan papan kayu atau sesuatu yang mampu menopang area tersebut. Untuk membatasi gerak pada area yang patah sehingga mencegah perburukan kondisi. Langkah memasang bidai pada pertolongan pertama:

·         Letakkan papan kayu, tongkat yang bersih pada tubuh korban yang di curigai patah tulang.

·         Gunakan tali, perban, maupun kain untuk memfiksasi papan kayu. Pada saat melakukan fiksasi bidai tidak terlalu ketat dn tidak terlalu longgar. 

4. Cegah pembengkakan

Pada kondisi patah tulang tertutup, sering dijumpai kondisi pembengkakan pada lokasi yang terdampak, lakukan  kompres dingin menggunakan es batu yang dibungkus dengan kain atau handuk untuk mencegah bengkak yang lebih parah. Selain itu, kompres dingin juga membantu mengurangi rasa nyeri.

Hindari melakukan pemijatan pada area yang dicurigai mengalami patah tulang. Bagi orang awam, hal tersebut dianggap mampu mengurangi nyeri, namun hal tersebut justru akan memperburuk pembengkakan dan dapat memicu perdarahan

5. Segera datang ke Rumah Sakit  terdekat

Setelah melakukan pertolongan pertama patah tulang di lokasi kejadian, segera kunjungi rumah sakit terdekat untuk memperoleh pertolongan selanjutnya. Untuk nantinya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Memastikan tingkat keparahan r cedera patah tulang korban. Dokter di rumah sakit akan melakukan pemeriksaan fisik lebih lanjut, anamnesis, dan pemeriksaan penunjang foto X-RAY, dan CT Scan maupun MRI bila diperlukan.

Meski patah tulang bukan kondisi yang mengancam nyawa, tapi kondisi ini memerlukan penanganan yang tepat agar dapat membantu penyembuhan dengan baik dan tidak mencegah kecacatan lebih lanjut. Sehingga tidak mengganggu mobilitas tubuh di kemudian hari. Dan tindakan pertolongan pertama pada patah tulang adalah satu tindakan pencegahan terjadinya keparahan.

Sumber

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3757/pertolongan-pertama-pada-fraktur-atau-patah-tulang

1 2 3 4 22

Search

+